Rindu Yang Mengakar Beribu Tahun

     Namanya Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hasyim Bin Abdil Manaf. Sosok manusia mulia sekaligus seorang Rasul nan agung. Menjadi sosok yang begitu di dambakan dan begitu dirindu-rindukan oleh setiap yang mencintainya. 

    Beliau  lahir di tengah gurun tandus, jauh dari kebun yang tumbuh beraneka ragam buah. Namun Allah menjamin kemakmuran di tanah gersang ini melalui doa kakek buyutnya, yaitu Nabi Ibrahim 'alaihissalam. Sebagaimana Allah kisahkan melalui firman-Nya : 

“Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berdoa, “Ya Tuhanku, jadikanlah (negeri Makkah) ini negeri yang aman dan berilah rezeki berupa buah-buahan kepada penduduknya, yaitu di antara mereka yang beriman kepada Allah dan hari kemudian,..” (QS Al Baqarah : 126)

    Kelahirannya bersamaan dengan kekalahan Abrahah beserta pasukan yang bertunggangkan gajah besar, dimana kala itu mereka mencoba meluluhlantakan tanah makkah. Namun, kemudian Allah turunkan bala bantuan kepada Abdul Muthalib, kakeknya. Berupa burung Ababil sembari mencengkram kerikil-kerikil yang membara. Lalu dalam sekejap meluluhlantakan Abrahah beserta pasukannya. Sebab itulah, sejarah kemudian mencatat tahun kelahiran Beliau   sebagai tahun gajah.

    Sayangnya sang ibu, yaitu Aminah. Harus berjuang melahirkannya tanpa kehadiran sosok suami, Abdullah. Iya, sang ayah terlebih dahulu pergi saat ia berusia 6 bulan di dalam kandungan, sebelum melihat Beliau  dilahirkan ke muka bumi ini, dimana kemudian kelak beliau   tumbuh menjadi sosok pembawa lentera bagi seluruh alam semesta.

    Maka diasuhlah ia oleh ibunya seorang diri dengan penuh kasih sayang dan perhatian. Maka, diantara bentuk kasih sayang seorang ibu bangsa Arab kala dahulu ialah, dengan mencarikan ibu susuan terbaik bagi anaknya. Sebab dengan itu, diharapkan kecerdasan serta kemuliaan ahlak yang dimiliki oleh ibu susuannya dapat terwariskan juga. Maka diantara ibu susuan yang begitu dikenal namanya ialah Halimah dari bani As Sa'diyah.

    Muhammad kecil tumbuh bersama dengan ibunya tidaklah lama. Hanya sampai pada umur enam tahun, ia harus berpisah dengan sang ibunda tercinta yang melahirkan serta merawatnya. Kala itu sang ibunda, Aminah. Harus terjatuh sakit kala perjalanan pulangnya dari Madinah menuju Makkah.

     Kini Muhammad harus melangkah melanjutkan hidup tanpa sosok ayah dan juga ibu. Namun, dengan kealpaan keduanya justru yang membuat Muhammad ﷺ kelak akan menjadi manusia yang begitu hebat dan amat sangat dirindukan. 

    Bagaimana tidak dirindukan? budi pekertinya yang agung, mampu menjadikan sesiapapun begitu memuliakannya dan memujinya. Bukankah kelak kala remajanya ia akan mendapatkan gelar Al Amin, karena kejujuran dan kebijakannya dalam bermasyarakat? Bukankah kelak ia yang akan menyatukan serta menciptakan cinta dan perdamaian antara suku Aus dan Khazraj?

    Sungguh, sosok tentangnya begitu teduh lagi meneduhkan kala kita merindukannya. Walaupun terbentang jarak beribu tahun, namun justru menciptakan kerinduan yang mengakar kuat. Walaupun mata belum pernah menatap, telinga belum pernah mendengarnya secara langsung, tangan belum pernah mendekapnya. Akan tetapi, rindunya kepada kita mampu menciptakan keteduhan serta keinginan kuat untuk kelak berjumpa dengannya.

.

.

.

silahkan kerjakan soal berikut ini KLIK

another blog  Senja DI Ufuk Mata

Komentar